28 Okt 2013

Sumpah Pemuda bukan Sampah pemuda

Sumpah Pemuda bukan Sampah pemuda

Kodratnya pemuda itu berjuang, dengan jiwa Kesatria, atas nama Kebenaran, untuk Kedamaian, demi Kenyamanan, bukan Kerusuhan.
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 diBatavia (Jakarta), Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar "disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan". (sumber : Wikipedia)
            Pemuda adalah hal yang tidak dapat terpisahkan dari sejarah Negara Republik Indonesia, siapa yang memaksa Bung Karno dan Bung Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia ? siapa yang berani berjuang memaksa turunnya rezim Soeharto ? siapa berani mati matian menyalurkan aspirasi rakyat untuk menentang kebijakan Pemerintah yang menyeleweng ? siapa yang hadir paling terdepan untuk menyelesaikan Problematika negeri ini ? sudah jelas, Pemuda dan Pemudi Indonesia.
            Pergerakan seorang Pemuda adalah yang paling besar pengaruhnya di tengah masyarakat. dalam hal aktualisasi dan prestasi merekalah yang berjuang mati matian bersaing untuk posisi yang terdepan, Tidak dapat dipungkiri Pemudalah yang berani merubah dunia. Namun dalam hal efektifitas hasil akhir, pemuda belum maksimal menjalankannya dikarenakan oleh pengalaman yang minim. Apabila kemauan dilengkapi dengan ilmu yang bermanfaat, itulah implementasi yang sempurna.
            “Abad dua puluh satu, dimana para pemuda harus bersatu untuk menjaga nyala api, untuk terus berkreasi” –Bung Karno
            Kutipan diatas adalah salah satu isi deretan pidato Bung Karno mengenai Sumpah Pemuda. Bila di kaji secara mendalam banyak makna yang terkandung. Bung Karno menginginkan para pemuda pemuda Indonesia untuk bersatu demi menjaga semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, agar Indonesia menjadi lebih baik dimata dunia dengan segala kelebihannya. Pesan ini bukan ditujukan hanya untuk pemuda dahulu saat dijamannya. Perjuangan para pemuda dahulu memang luar biasa, tidak segan secara frontal mengungkapkan kebenaran. Berjuang atas nama kebenaran hingga membuat perubahan demi kedamaian. Bertahan dan melawan arus penindasan dengan mental sekuat baja. Berbeda di jaman sekarang, seiring dengan negatifnya arus globalisasi yang kian menggerus, semangat ini seakan akan memudar, berdampak kepada psikologi dan mental para pemuda tersebut. Mayoritas Pemuda seakan akan kurang peduli dan bersikap munafik dengan problmatika yang ada di tengah tengah masyarakat. Sedangkan Pemuda Minoritas masih ada yang berani memperjuangkan kebenaran ditengah masyarakat, perjuangan yang kurang dukungan. Aspirasi yang di sampaikan tidak ditanggapi baik oleh masyarakat, entah mengapa.
            Niat yang baik harus dilakukan dengan Cara yang tepat. Di era modern sekarang, hidup yang diingikan adalah kenyamanan dan tidak memperdulikan kedamaian. Masyarakat Modern kurang menyukai penyaluran aspirasi yang mengganggu kenyamanan dan ketentraman hidup mereka. Aspirasi seperti apa ? dikalimat terakhir Bung Karno pada kutipan diatas, adalah “terus berkreasi” dengan kata lain pemuda harus bersatu dan berjuang untuk berkreasi. Pemuda butuh sesuatu yang baru untuk mengaspirasikan solusi setiap problematika yang ada di masyarakat. Apa solusinya ? Pemuda butuh Kreatifitas yang lebih dalam hal ini, apabila tidak menemukan sesuatu bentuk yang baru, buatlah penambahan atau Inovasi yang baru. Pemuda juga musti mempunyai jiwa Seni dalam beraspirasi demi kenyamanan si penerima aspirasi tersebut. Karena makna yang terkandung dapat diserap dengan baik dengan perasaan yang nyaman. Bakar ban ? mengakibatkan rusaknya lapisan ozon, merusak fasilitas umum ? berakibat pada kerugian Negara dan kerusakannya hanya jadi sampah. menutup jalan raya ? mengakibatkan macet dan menambah pekerjaan baru untuk polisi. menjarah mobil truck ? akan menambah penderitaan bagi sopir. Hal hal negatif seperti ini hanya merusak pencitraan. Pemuda  hanya dianggap Sampah yang tidak berguna. mending kalau dianggap tidak berguna, kalau dianggap pembuat kerugian ? apa bedanya dengan tindakan kriminal ?.
            Apa salahnya menyalurkan aspirasi dengan cara yang baik dan nyaman ?. Menulis Artikel ? tulisan dapat dimodifikasi dengan baik sehingga mengandung pesan pesan moril yang lebih frontal. Aksi Damai ? tetap jadi perhatian, tidak mengganggu, tidak rusuh. Teatrikal ? jadi pusat perhatian, pesan langsung tersampaikan. Musik ? Pusat perhatian, terkenal, dan menghasilkan uang. Buku dan Film ? apalagi. Hal hal tersebut hanya contoh kecil dari berbagai macam cara. Cara cara tersebut dapat menjadi efek psikologis dan merubah watak masyarakat terhadap sesuatu sehingga makna yang tersampaikan dapat menjadi pelajaran dan pelajaran tersebut berubah menjadi kebiasaan bagi masing masing orangnya.
            Teori hanyalah menjadi sebuah Teori apabila tidak diaplikasikan. Untuk menjalankan sebuah teori adalah sesuatu yang cukup sulit apabila tidak diikuti oleh semangat yang besar, ketakutan untuk mencoba dan ketakutan mengambil resiko. Butuh jiwa Petarung  untuk menjalankannya, Dipo Alam seorang Sekretaris Kabinet Negara mengatakan di tweetnya Kalau Anda mau berjuang untuk kebaikan dan kebenaran, belum apa-apa sdh minta jaminan risiko, silakan duduk baik baik manis.
           


Continue Reading...

Followers

Follow The Author