Sumpah Pemuda bukan Sampah pemuda
Kodratnya pemuda itu berjuang, dengan
jiwa Kesatria, atas nama Kebenaran, untuk Kedamaian, demi Kenyamanan, bukan
Kerusuhan.
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam
sejarah pergerakan kemerdekaan
Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk
menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda"
adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28
Oktober 1928 diBatavia (Jakarta),
Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia",
"bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini
juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan
Indonesia" dan agar "disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan
di muka rapat perkumpulan-perkumpulan". (sumber : Wikipedia)
Pemuda
adalah hal yang tidak dapat terpisahkan dari sejarah Negara Republik Indonesia,
siapa yang memaksa Bung Karno dan Bung Hatta mendeklarasikan kemerdekaan
Indonesia ? siapa yang berani berjuang memaksa turunnya rezim Soeharto ? siapa berani
mati matian menyalurkan aspirasi rakyat untuk menentang kebijakan Pemerintah
yang menyeleweng ? siapa yang hadir paling terdepan untuk menyelesaikan
Problematika negeri ini ? sudah jelas, Pemuda dan Pemudi Indonesia.
Pergerakan seorang Pemuda adalah yang
paling besar pengaruhnya di tengah masyarakat. dalam hal aktualisasi dan
prestasi merekalah yang berjuang mati matian bersaing untuk posisi yang
terdepan, Tidak dapat dipungkiri Pemudalah yang berani merubah dunia. Namun
dalam hal efektifitas hasil akhir, pemuda belum maksimal menjalankannya
dikarenakan oleh pengalaman yang minim. Apabila kemauan dilengkapi dengan ilmu
yang bermanfaat, itulah implementasi yang sempurna.
“Abad
dua puluh satu, dimana para pemuda harus bersatu untuk menjaga nyala api, untuk
terus berkreasi” –Bung Karno
Kutipan diatas adalah salah satu isi
deretan pidato Bung Karno mengenai Sumpah Pemuda. Bila di kaji secara mendalam
banyak makna yang terkandung. Bung Karno menginginkan para pemuda pemuda
Indonesia untuk bersatu demi menjaga semangat persatuan dan kesatuan Indonesia,
agar Indonesia menjadi lebih baik dimata dunia dengan segala kelebihannya.
Pesan ini bukan ditujukan hanya untuk pemuda dahulu saat dijamannya. Perjuangan
para pemuda dahulu memang luar biasa, tidak segan secara frontal mengungkapkan
kebenaran. Berjuang atas nama kebenaran hingga membuat perubahan demi
kedamaian. Bertahan dan melawan arus penindasan dengan mental sekuat baja. Berbeda
di jaman sekarang, seiring dengan negatifnya arus globalisasi yang kian menggerus,
semangat ini seakan akan memudar, berdampak kepada psikologi dan mental para
pemuda tersebut. Mayoritas Pemuda seakan akan kurang peduli dan bersikap
munafik dengan problmatika yang ada di tengah tengah masyarakat. Sedangkan Pemuda
Minoritas masih ada yang berani memperjuangkan kebenaran ditengah masyarakat,
perjuangan yang kurang dukungan. Aspirasi yang di sampaikan tidak ditanggapi
baik oleh masyarakat, entah mengapa.
Niat yang baik harus dilakukan
dengan Cara yang tepat. Di era modern sekarang, hidup yang diingikan adalah kenyamanan
dan tidak memperdulikan kedamaian. Masyarakat Modern kurang menyukai penyaluran
aspirasi yang mengganggu kenyamanan dan ketentraman hidup mereka. Aspirasi
seperti apa ? dikalimat terakhir Bung Karno pada kutipan diatas, adalah “terus berkreasi” dengan kata lain
pemuda harus bersatu dan berjuang untuk berkreasi. Pemuda butuh sesuatu yang
baru untuk mengaspirasikan solusi setiap problematika yang ada di masyarakat. Apa
solusinya ? Pemuda butuh Kreatifitas yang lebih dalam hal ini, apabila tidak
menemukan sesuatu bentuk yang baru, buatlah penambahan atau Inovasi yang baru. Pemuda
juga musti mempunyai jiwa Seni dalam beraspirasi demi kenyamanan si penerima
aspirasi tersebut. Karena makna yang terkandung dapat diserap dengan baik
dengan perasaan yang nyaman. Bakar ban ? mengakibatkan rusaknya lapisan ozon,
merusak fasilitas umum ? berakibat pada kerugian Negara dan kerusakannya hanya
jadi sampah. menutup jalan raya ? mengakibatkan macet dan menambah pekerjaan
baru untuk polisi. menjarah mobil truck ? akan menambah penderitaan bagi sopir.
Hal hal negatif seperti ini hanya merusak pencitraan. Pemuda hanya dianggap Sampah yang tidak berguna.
mending kalau dianggap tidak berguna, kalau dianggap pembuat kerugian ? apa
bedanya dengan tindakan kriminal ?.
Apa salahnya menyalurkan aspirasi dengan
cara yang baik dan nyaman ?. Menulis Artikel ? tulisan dapat dimodifikasi
dengan baik sehingga mengandung pesan pesan moril yang lebih frontal. Aksi
Damai ? tetap jadi perhatian, tidak mengganggu, tidak rusuh. Teatrikal ? jadi
pusat perhatian, pesan langsung tersampaikan. Musik ? Pusat perhatian,
terkenal, dan menghasilkan uang. Buku dan Film ? apalagi. Hal hal tersebut
hanya contoh kecil dari berbagai macam cara. Cara cara tersebut dapat menjadi
efek psikologis dan merubah watak masyarakat terhadap sesuatu sehingga makna
yang tersampaikan dapat menjadi pelajaran dan pelajaran tersebut berubah
menjadi kebiasaan bagi masing masing orangnya.
Teori hanyalah menjadi sebuah Teori
apabila tidak diaplikasikan. Untuk menjalankan sebuah teori adalah sesuatu yang
cukup sulit apabila tidak diikuti oleh semangat yang besar, ketakutan untuk
mencoba dan ketakutan mengambil resiko. Butuh jiwa Petarung untuk menjalankannya, Dipo Alam seorang Sekretaris
Kabinet Negara mengatakan di tweetnya “Kalau Anda mau berjuang untuk kebaikan dan kebenaran,
belum apa-apa sdh minta jaminan risiko, silakan duduk baik baik manis”.