“The Roof of Javanese Island”
Tujuan Perjalanan
Cuaca agak mendung terlihat diatas atap bandara Juanda, menatapnya
sambil bersandar depan emperan minimarket seraya melepaskan penat dan lelah
selama penerbangan dari makassar. sambil duduk duduk menikmati sebatang rokok dan
memperhatikan keriuhan bandar udara juanda akan kesibukan para calo yang
berusaha menawarkan tumpangan. waktu itu menunjukkan pukul 16.45 WIB, yahhh...
tak terasa saya sudah berada di kota surabaya dan masih terlintas dipikiranku
saat teman teman ngumpul di koridor jurusan sambil membuat upacara kecil
kecilan untuk melepas kami ke tanah Jawa, tanah yang kebanyakan orang
menyebutnya sumber peradaban Indonesia. Satu hal tujuan saya berangkat ke sana,
mengibarkan bendera Korps Skala diatas atap tertinggi pulau Jawa.
“ wei !” seru coker dari jauh
menghentikan lamunanku
“Ada apa mas ?” jawabku pelan
“adami kudapat mobil Travel,
kita mau ke Malang atau langsung ke kabupaten Tumpang ?”
akupun bangkit dari tempat dudukku “ke kota Malang aja deh, aku mau
liat liat kota Malang dulu”
“oke, pade...”
Yahhh... saya berangkat kesana
tidak sendirian, saya berangkat bersama salah satu teman saya di Korps Skala ,
‘’Coker‘’ yah...itu nama sapaannya, kami berangkat kesana sudah dipersiapkan jauh
jauh hari sebelum hari keberangkatan. Kami mengikuti sebuah acara Jambore dari
sebuah merk Brand Outdoor di indonesia di Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kami pun berangkat menggunakan
mobil Travel menuju kota Malang yang memakan waktu kurang lebih 3 jam, disini
kami mendapatkan masalah pertama yaitu tidak menemukan tempat peristirahatan
sementara, kami pun kalang kabut menelfon sana sini mencari kenalan yang ada di
kota Malang, dan setelah berpusing pusing dimobil berjam jam, kami mendapatkan
tempat dari seorang keluarga dekat dari Adil (coker) yang bertempat di pusat
kota malang, kami langsung diantar ke
tempat tersebut oleh supir mobil travel itu.
Setibanya di rumah kami langsung
beristirahat full, mempersiapkan tenaga untuk hari esok karena ada sisa sisa
peralatan dan bahan yang belum siap sebelum melakukan perjalanan. Keesokan
harinya tepat pukul 10.00 WIB kami berangkat menuju pusat penjualan diantar
oleh supir keluargat coker. Setibanya di pusat penjualan kami langsung melengkapi
apa apa saja yang belum siap.
Pukul
menunjukkan 12.00 WIB, Setelah semua perlengkapan sudah kami lengkapi, kami
berniat berkeliling kota Malang melihat lihat seisi kota. kan sayang kalau ke
jawa cuman naik gunung, cicipi kuliner khas daerah sini boleh juga toh
?.
Awal Perjalanan
Pukul
menjunjukkan 16.00 tepat, setelah jappa-jappa, nganre, dan menyiapkan
semua peralatan kami siap berangkat dari kota malang menuju desa tumpang. Sopir
siap untuk mengantarkan kami kesana, perjalanan dengan menggunakan mobil
membutuhkan waktu kira kira ± 2 jam, karan kondisi jalan yang agak macet.
Ditas mobil pikiranku kembali melayang, was-was, takut, dan sangat
bersemangat semua bercampur aduk, karena Mimpi kami disini Cuma satu, atap
tertinggi pulau jawa. Jauh jauh hari kami mempersiapkan ini semua, jauh jauh
bulan malahan. Maka dari itu kami merasa harus mewujudkan mimpi yg telah lama
kami persiapkan ketika sampai di daerah ini, sekali lagi yaitu “Puncak
tertinggi Pulau jawa, Puncak abadi para dewa !” kata orang-orang sana
menyebutnya. Puncak tertinggi ke-4 di indonesia setelah Rinjani Gn. Kerinci,
dan Pyramid Cartens.
Pukul 18.00 tepat kami tiba di desa Tumpang, tempat peristirahatan
pertama sekaligus registrasi ulang peserta. Yahh... kami disambut cukup
hangat, karena orang sakampung kami ada sangat banyak disini. Mereka juga ikut
Jambore Nasional ini, dan kebanyakan dari semua penjuru Kelompok kelompok
Pecinta Alam yang ada di Sulawesi selatan, tepatnya dimakassar. Tidak tanggung
tanggung jumlah orang Makassar disini ada sekitar 500-an lebih. selain ramah
sifat asli mereka juga keluar yaitu Pongoro’, biasalah baru datang di
kampung orang.
Semalaman istirahat dan bercengkrama dengan
teman teman dari makassar, kesokan paginya tepat pukul 8.00 WIB, setelah
mengecek perlengkapan dan memenuhi kebutuhan yang kurang, kami dan teman teman
lain dari makassar berangkat menuju desa terakhir, Desa Ranu Pani, kec. Senduro
kab. Lumajang dengan menggunakan mobil Hartop karena medan yang berat. Selama perjalanan menuju kesana kami di hibur
pemandangan alam sekitar yang begitu asri, di tambah lagi pemandangan gunung
Bromo yang begitu indah walaupun keliahatan dari jauh.
Setibanya di desa Ranu Pani,
kami kembali mengecek perlengkapan kami, karena titik awal perjalanan ke Gn.
Semeru adalah disini. Perjalanan yang pastinya seru dan menegangkan, di penuhi
tantangan dan ketakutan, namun tetap dihiasi semangat yang berkobar. “Pokoknya
haruski’ sampe puncak, jauh jauhki’ dari makassar ine rugi klo dakk sampai”
dalam hati kami menggerutu.
Sebelum berangkat, peserta
dibagi menjadi beberapa kloter pemberangkatan, setiap kloter dibagi lagi
menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok di dampingi oleh satu panitia.
agar meminimalisir hal hal yg tidak dingikan terjadi nantinya. Kami berada di kloter
2, kelompok 2 dan semua peserta yang ada di kloter ini di isi oleh orang orang
makassar, dasar orang makassar biar pisah tidak mau.
kami di beri pengarahan dulu oleh panitia sebelum melakukan
pendakian, karena ini bukan perjalanan main main dan juga karena jumlah peserta
yang hampir 3000 orang, kami harus dijaga ketat demi menjaga alam agar tidak
rusak nantinya. Beberapa pengarahan telah diberitahukan beserta larangan
larangannya, yah tujuan utamanya agar kawasan wisata ini tidak menjadi bulan
bulanan tangan yang tidak bertanggung jawab. Kami sih setuju setuju saja dengan
pengarahannya juga peraturan yang di berikan, akan tetapi saya paling benci
peraturan yang paling terakhir diucapkan oleh panitia, “Di Larang Keras
Mendaki ke Puncak Gunung Mahameru, dan Batas Pendakian Hanya di Perkenankan
Sampai Kalimati saja”.
Deskripsi Perjalanan
Jalur
perjalanan menuju puncak mahameru ada tiga tahapan, yaitu:
TAHAP
I : Ranu Pani – Lendengan Dowo – Watu Rejeng – Ranu Kumbolo
TAHAP
II : Oro Oro Ombo – Cemoro Kandang – Jambangan – Kalimati
TAHAP
III : Arcopodo – Cemoro Tunggal – Mahameru.
a.
Ranu Pani,
15 Nov 2012, pukul 10.30 Wib
Awal perjalanan kami, ketinggian ± 2100 mdpl,
suhu -4° – 15° C, terdapat danau, pos
penjagaan dan gerbang kawasan wisata Bromo Tengger Semeru. desa terakhir yang
dilalui, Mata pencaharian penduduk asli adalah bercocok tanam sayur mayur.
Keadaan sekitar masih alami di tandai banyak pepohonan juga ladang sayur
penduduk.
b.
Lendengan Dowo,
15 Nov 2012, pukul 11.20 Wib
ketinggian ± 2300 mdpl, suhu -4° – 15° C,
Semacam daerah di jalur perjalanan, terdapat papan nama. Sebagian Jalan setapak
di paving blok. Keadaan sekitar dihiasi tanaman semak belukar yang masih
beraturan dan tidak mengganggu para pendaki.
c.
Pos 1,
15 Nov 2012, pukul 12.12 Wib
ketinggian ± 2300 mdpl, suhu -4° – 15° C,
terdapat papan nama dan pos tempat peristirahatan. Medan relaitf landai dan Sebagian
Jalan setapak di paving blok. Keadaan sekitar masih dihiasi tanaman semak
belukar yang masih beraturan dan tidak mengganggu para pendaki.
d.
Pos 2,
15 Nov 2012, pukul 14.56 Wib
ketinggian ± 2300 mdpl, suhu -4° – 15° C,
terdapat papan nama dan pos tempat peristirahatan. Medan masih landai dan Sebagian
Jalan setapak di paving blok. Keadaan sekitar masih dihiasi tanaman semak
belukar mulai tidak beraturan dan mulai mengganggu para pendaki.
e.
Pos 3,
15 Nov 2012, pukul 17.21 Wib
ketinggian ± 2300 mdpl, suhu -4° – 15° C,
terdapat papan nama dan pos tempat peristirahatan yang sudah rubuh. Medan masih
landai namun terdapat beberapa pendakian pendek dan jembatan penyebrangan .
Keadaan sekitar masih dihiasi tanaman semak belukar mulai tidak beraturan dan
mulai mengganggu para pendaki.
f.
Pos 4,
15 Nov 2012, pukul 18.29 Wib
ketinggian ± 2400 mdpl, suhu -4° – 15° C,
terdapat papan nama dan pos tempat peristirahatan. Medan perjalanan naik dan
turun. Tidak jauh dari pos ini sudah kelihatan danau ranu kumbolo yang menjadi
tempat peristirahatan kedua para peserta.
g.
Ranu Kumbolo,
15 Nov 2012, pukul 18.29 Wib
ketinggian ± 2400 mdpl, suhu terendah -6° – -20°
C, tempat perisitrahatan kami yang kedua. terdapat papan nama dan tempat peristirahatan
berupa hamparan rumput yang luas. Disini kami di suguhi pemandangan danau Ranu
Kumbolo. Danau yang bersih, Sunrise yang indah, juga padang ilalang yang hijau
nan asri. Di danau ini para pendaki dilarang memancing, berenang, dan juga
mencuci peralatan dengan bahan kimia. Itu dilakukan agara ekosistem pada daerah
tersebut dapat dijaga keseimbangan juga kealamiannya.
“Lapisan tekad yang seribu kali lebih
keras dari baja”
Disini kami mendirikan tenda untuk camp pertama,
di iringi hujan yang turun cukup deras ditambah dingin yang merasuk keseluruh
tubuh. beristirahat memulihkan tenaga karena esok hari harus melanjutkan
perjalanan ke puncak. Kami juga bercengkrama dengan Pecinta Alam lain dari
daerah berbeda asalnya. Ada dari surabaya, malang, jakarta, bandung, sumatera,
juga sulawesi.
Pagi menjelang, sunrise diantara bukit memberi
pemandangan yang indah menemani pagi kami. Masih terngiang kata kata panitia di
telingaku, batas pendakian Cuma sampai di kalimati, hmm... alasan pendakian ini
ditutup dikarenakan beberapa minggu yang lalu ada pecinta alam yang hilang saat
kepuncak, dan saat ditemukan sudah meninggal. Kami pun bersama beberapa teman
dari makassar berembuk untuk mendiskusikan apakah akan melanjutkan perjalanan
ini atau tidak. Muncul beberapa alasan dari kami kenapa tidak boleh
melanjutkan, diantaranya karena disana tidak terdapat sumber air juga apabila saat
akan melakukan summit ke puncak harus tepat pada waktunya, karena Gunung
Semeru termasuk gunung masih aktif dan memiliki asap beracun yang dapat
menghilangkan nyawa pendaki. Soe Hoek Gie termasuk pendaki yang meninggal
karena asap beracun ini.
Hasil setelah kami berembuk ada dua, pertama mencari
aman bagi keselamatan kami dengan cara tetap tinggal di Ranu Kumbolo hingga
kegiatan ini selesai, dan yang kedua apabila ingin melanjutkan perjalanan,
harus melanjutkan hingga ke puncak bukan hanya sampai di kalimati. Dan
keputusannya, semua teman teman mengambil sikap untuk tetap tinggal, dan tidak
pergi membahayakan diri.
Sesaat
setelah team kami memutuskan untuk tinggal, saya pergi meninggalkan pembicaraan
untuk mencari angin sambil terus bimbang memikirkan team yang tidak jadi
berangkat menuju puncak. “apa tidak ada keputusan lain, kecuali tinggal ?
hmm... terima saja deh, meskipun sudah jauh jauh kesini, semua pasti ada
berkahnya. Walaupun sulit untuk kesini lagi, pasti ada waktu untuk kesini lagi”.
Saya pun kembali ke kamp tempat teman teman berkumpul dan rela menerima
keputusan teman teman.
“wei ..!”
coker memanggil.
“kenapa... ?” saya
menyahut.
“sampai kapan ko mau melamun
? packing barang barang kebutuhanmu, ini ada kak ibe’, tejo, yasser, sama aldi
mau jalan sampe puncak. Tapi kalo takutko ikut, bantu mka paeng packing barang
barang kebutuhan ku, habis jum’atan maumi anak anak berangkat.....”.
“badanmu yang kecil begitu
saya biarkan berangkat sendiri ? kau tidak bisa jalan sendiri, harus ada saya
temani. Tunggu saya packing barang barangku.....”.
Singkat
cerita, kami berlima dari team makassar memutuskan berangkat menuju puncak.
Dengan perlengkapan yang ada kami bersiap berangkat menuju tantangan yang kami
tidak pernah tau seberapa beratnya, dibakar semangat yang tidak padam,
mempertaruhkan nyawa, mengingat keadaan orangtua kami yang menunggu dirumah,
dan yang paling penting dalam hati kami terus berdo’a, agar selamat hingga
tujuan. Sebelum pergi, kami Shalat Jum’at dulu bersama teman teman Muslim yang
lain. Yahh... sederhanalah tempat kami shalat, hanya beralaskan terpal dan
matras, namun niatnya yang harus luar biasa.
Pada
pukul 12.48 Wib tanggal 16 November 2012, setelah Shalat jum’at kami berangkat.
Dari Ranu Kumbolo kami melanjutkan perjalanan ke Kalimati, sebelum kalimati
kami harus melewati jalur Tahap II yaitu :
Ranu
Kumbolo - Oro Oro Ombo – Cemoro kandang -
Jambangan – Kalimati
h.
Cemoro Kandang,
16 Nov 2012, pukul 14.50 Wib
ketinggian ± 2500 mdpl, suhu terendah -6° –
-20° C, perjalanan ketempat ini cukup menguras tenaga, karna harus melewati
medan yang sangat menanjak dan penurunan yang cukup curam. Disini kami melewati
“tanjakan cinta” dan padang savana Oro Oro Ombo. tanjakan cinta memiliki mitos
tersendiri bagi para pendaki, katanya bagi pendaki yang melewati tanjakan cinta
sambil memikirkan pasangannya, dan mata yang menatap terus kedepan tanpa pernah
melihat kebelakang, niscaya akan langgeng dengan pasangannya. penasaran ?
silahkan coba sendiri.
i.
Kalimati,
16 Nov 2012, pukul 17.46 Wib
ketinggian ± 2700 mdpl, suhu terendah -6° – -25°
C, perjalanan ketempat ini sangat menguras tenaga, karena masuk kehutan yang
mendaki dan menurun, banyak pohon pohon tumbang yang mengganggu perjalanan,
ditambah lagi suhu yang sangat rendah dan turun hujan yang cukup deras menambah
kesulitan medan yang harus ditempuh. Di Kalimati kami beristirahat sejenak
untuk memulihkan tenaga sebelum melakukan summit ke puncak Mahameru. Di daerah
ini terdapat haparan tanah lapang yang cukup luas juga pos peristirahatan
berupa pondok rumah kayu.
Setelah
mendirikan tenda, kami segera menyiapkan makanan lalu segera istrahat
memulihkan tenaga karena sekitaran pukul 00.00 Wib kami akan segera berangkat.
Perjalanan memerlukan waktu kira kira 9 jam ( 3 jam ke batas vegetasi +
tanjakan berpasir 4-6 jam) dan kami harus tiba di puncak sebelum pukul 8.00 Wib
esok hari, ini dikarenakan asap beracun dari puncak Mahameru yaitu Wedus Gembel
akan menyembur sekitaran pukul 9.00 Wib, jadi diperlukan ketepatan waktu pada
perjalanan ini agar kami dapat mengantisipasi bahaya yang terjadi.
Pukul 12 malam lewat kami pun terbangun,
mempersiapkan peralatan yang akan kami bawa ke puncak tidak lupa membawa
bendera korps Skala yang akan kami kibarkan di atas puncak. Setelah persiapan
selesai kami berembuk dan berdo’a sebelum melakukan perjalanan, agar Allah SWT
melindungi setiap langkah dalam perjalanan kami. Dalam perjalanan, kami sempat
dicegat oleh panitia yang melarang kami untuk berangkat namun kami tetap
bersikeras untuk berangkat. kami diminta
mengumpulkan kartu tanda pengenal beserta hasil cek kesehatan untuk registrasi
peserta yang melakukan perjalanan hingga puncak, setelah itu panitia meloloskan
kami melakukan perjalanan menuju puncak. Sebelum berangkat panitia menitip
pesan kepada kami, “hati hati yah mas saat perjalanan, saling menjaga satu
sama lain dan jaga kekompakan. karena apabila terjadi sesuatu hal, itu bukan
tanggung jawab kami selaku panitia.”-____-
Pada
pukul 00.20 Wib tanggal 17 November 2012, memulai perjalanan dari kalimati.
Perjalanan terberat dimulai disini, suasana malam yang mencekam ditambah
dinginnya kalimati mengiringi perjalanan kami. untuk menuju puncak mahameru
dilalui dengan jalur Tahap III, yaitu :
Kalimati
– Arcopodo - Cemoro tunggal - Puncak
Mahameru
j.
Arcopodo,
17 Nov 2012, pukul 02.16 Wib
ketinggian ± 2900 mdpl, suhu terendah -6° –
-25° C, perjalanan ketempat ini sangat menguras tenaga, karena masuk kehutan
yang mendaki dengan kemiringan ± 40°. suhu makin mencekam, penutup kepala,
masker, sarung tangan, baju dan jaket berlapis lapis sudah terpakai, namun
dinginnya masih merasuk tubuh. Disini terdapat area peristirahatan dan juga
tempat memasang tenda. Perjalanan kami terasa agak lambat, karena banyaknya
peserta lain yang juga melakukan perjalanan kepuncak, sekitaran 500 orang
lebih.
k.
Cemoro tunggal,
17 Nov 2012, pukul 03.12 Wib
ketinggian ± 3000 mdpl, suhu terendah -6° –
-25° C, batas Vegetasi antara hutan ke pasir bebatuan. dari sini perjalanan
menuju puncak yang paling menguras tenaga, ini dikarenakan medan yang berpasir
yang memiliki kemiringan ± 40°-60°. Setiap kali melangkah terasa sangat sulit,
setiap 3 kali melangkah turun selangkah. Kadang kami beristirahat sejenak
karena kelelahan. Disini para pendaki dilarang manginjak batu saat pendakiaan,
karena bisa membahayakan pendaki lain yang ada dibawah.
ditengah perjalanan, terjadi kecelakaan yang
membuat setengah dari total pendaki batal melakukan perjalanan hingga puncak.
Pada saat itu ada seorang pendaki yang tidak sengaja menginjak batu besar, batu
tersebut jatuh mengenai pendaki yang ada dibawahnya hingga pendaki itupun ikut
terjatuh berguling guling. Untunglah ada pendaki lain yang menolongnya sehingga
tidak terjatuh terlalu jauh. Walaupun begitu lukanya parah, kepalanya yang
terkena benturan terluka, dan banyak
lecet di badannya. Pada waktu itu banyak pendaki yang turun dan membatalkan
perjalanannya karena takut apabila terjadi lagi selanjutnya. Jujur sayapun was
was setelah kejadian itu, perjalanan
yang masih jauh sempat membuat saya ragu untuk melanjutkan perjalanan.
“Lanjutkan saja, takdir ditangan Tuhan, apapun
yang akan terjadi selanjutnya Tuhan yang mengatur, saya hanya berusaha untuk
mendapatkan yang saya inginkan...”
l.
Puncak Mahameru,
17 Nov 2012, pukul 07.41 Wib
ketinggian ± 3676 mdpl, suhu terendah -6° –
-25° C, Puncak Para Dewa. daerah yang cukup luas, terdapat bendera yang
berkibar sebagai tanda puncak Mahameru. Keadaan vegetasi, hanya pasir dan
bebatuan, terdapat kawah yang besar dan dalam tempat menyembur gas beracun
wedus gembel. dari puncak terlihat pemandangan yang sangat indah tiada duanya.
Disini terdapat pula tugu Soe Hoek Gie.
Setelah melakukan perjalanan yang sangat
melelahkan, akhirnya kami tiba di puncak dengan selamat. Puji syukur tak henti
hentinya kami ucapkan kepada yang maha kuasa, perjalanan penuh tantangan,
ketakutan, kobaran semangat, Do’a, dan jiwa yang pantang menyerah. Beberapa
kali kami berteriak histeris, bukan karena ada artis atau apa, tapi karena
hanya dengan cara itu kami dapat meluapkan perasaan kami karena telah
menginjakkan kaki di Puncak Tertinggi Pulau Jawa, Puncak Para Dewa. Di puncak
kami berfoto dan menikmati pemandangan alam yang indah, gunung Arjuno dan Bromo
nampak indah dari jauh dihiasi Samudra awan yang tak henti hentinya kami memandangnya.
“dari tiga ribu orang lebih yang ikut serta
pada kegiatan ini, sekitar lima ratus orang yang berangkat kepuncak, akan
tetapi hanya seratus orang lebih yang sampai hingga puncak, dan diantara
seratus orang tersebut ada kami berdua....”