“Sekarang aku sudah betul betul
muak dengan perilaku mereka !”
Suara barusan menghentakkan
pendengaran hampir seluruh penghuni hutan, pohon dan batu sempat kaget oleh
suara tersebut. Suara yang berasal dari permukaan menanjak diantara geliat akar
dan semak belukar. Meledak begitu saja dari mulut Sang Tanah tidak lama setelah
sekelompok manusia pergi berlalu. Jika saja Sang Tanah bisa leluasa
menggerakkan badannya sendiri, seluruh hutan pasti sudah beregetar.
Kala
itu senja mulai menyelimuti,
sang
mentari turun di kaki langit dan bersembunyi dibalik
punggung bukit. Cahaya mentari yang menusuk diantara
daun perlahan meredup, ditutupi bayangan deretan pepohonan hutan. Rona kemereah merahan berubah
menjadi kelabu, Awan stratokomulus
berangsur angsur beranjak dari tempatnya semula, di gantikan oleh bintang dan
rembulan yang menambah pesona gelap malam.
Segelap perasaan Sang
Tanah.
Continue Reading...