26 Jul 2013

"The Roof of Javanese Island"

Share it Please
“The Roof of Javanese Island”
Tujuan Perjalanan
Cuaca agak mendung terlihat diatas atap bandara Juanda, menatapnya sambil bersandar depan emperan minimarket seraya melepaskan penat dan lelah selama penerbangan dari makassar. sambil duduk duduk menikmati sebatang rokok dan memperhatikan keriuhan bandar udara juanda akan kesibukan para calo yang berusaha menawarkan tumpangan. waktu itu menunjukkan pukul 16.45 WIB, yahhh... tak terasa saya sudah berada di kota surabaya dan masih terlintas dipikiranku saat teman teman ngumpul di koridor jurusan sambil membuat upacara kecil kecilan untuk melepas kami ke tanah Jawa, tanah yang kebanyakan orang menyebutnya sumber peradaban Indonesia. Satu hal tujuan saya berangkat ke sana, mengibarkan bendera Korps Skala diatas atap tertinggi pulau Jawa.
                “ wei !”    seru coker dari jauh menghentikan lamunanku
                “Ada apa mas ?” jawabku pelan
                “adami kudapat mobil Travel, kita mau ke Malang atau langsung ke kabupaten Tumpang ?”
                akupun bangkit dari tempat dudukku “ke kota Malang aja deh, aku mau liat liat kota Malang dulu”
                “oke, pade...”
                Yahhh... saya berangkat kesana tidak sendirian, saya berangkat bersama salah satu teman saya di Korps Skala , ‘’Coker‘’ yah...itu nama sapaannya,   kami berangkat kesana sudah dipersiapkan jauh jauh hari sebelum hari keberangkatan. Kami mengikuti sebuah acara Jambore dari sebuah merk Brand Outdoor di indonesia di Gunung Semeru, Jawa Timur.
                Kami pun berangkat menggunakan mobil Travel menuju kota Malang yang memakan waktu kurang lebih 3 jam, disini kami mendapatkan masalah pertama yaitu tidak menemukan tempat peristirahatan sementara, kami pun kalang kabut menelfon sana sini mencari kenalan yang ada di kota Malang, dan setelah berpusing pusing dimobil berjam jam, kami mendapatkan tempat dari seorang keluarga dekat dari Adil (coker) yang bertempat di pusat kota malang,  kami langsung diantar ke tempat tersebut oleh supir mobil travel itu.
                Setibanya di rumah kami langsung beristirahat full, mempersiapkan tenaga untuk hari esok karena ada sisa sisa peralatan dan bahan yang belum siap sebelum melakukan perjalanan. Keesokan harinya tepat pukul 10.00 WIB kami berangkat menuju pusat penjualan diantar oleh supir keluargat coker. Setibanya di pusat penjualan kami langsung melengkapi apa apa saja yang belum siap.
                Pukul menunjukkan 12.00 WIB, Setelah semua perlengkapan sudah kami lengkapi, kami berniat berkeliling kota Malang melihat lihat seisi kota. kan sayang kalau ke jawa cuman naik gunung, cicipi kuliner khas daerah sini boleh juga toh ?.

Awal Perjalanan
                Pukul menjunjukkan 16.00 tepat, setelah jappa-jappa, nganre, dan menyiapkan semua peralatan kami siap berangkat dari kota malang menuju desa tumpang. Sopir siap untuk mengantarkan kami kesana, perjalanan dengan menggunakan mobil membutuhkan waktu kira kira ± 2 jam, karan kondisi jalan yang agak macet.
Ditas mobil pikiranku kembali melayang, was-was, takut, dan sangat bersemangat semua bercampur aduk, karena Mimpi kami disini Cuma satu, atap tertinggi pulau jawa. Jauh jauh hari kami mempersiapkan ini semua, jauh jauh bulan malahan. Maka dari itu kami merasa harus mewujudkan mimpi yg telah lama kami persiapkan ketika sampai di daerah ini, sekali lagi yaitu “Puncak tertinggi Pulau jawa, Puncak abadi para dewa !” kata orang-orang sana menyebutnya. Puncak tertinggi ke-4 di indonesia setelah Rinjani Gn. Kerinci, dan Pyramid Cartens.
Pukul 18.00 tepat kami tiba di desa Tumpang, tempat peristirahatan pertama sekaligus registrasi ulang peserta. Yahh... kami disambut cukup hangat, karena orang sakampung kami ada sangat banyak disini. Mereka juga ikut Jambore Nasional ini, dan kebanyakan dari semua penjuru Kelompok kelompok Pecinta Alam yang ada di Sulawesi selatan, tepatnya dimakassar. Tidak tanggung tanggung jumlah orang Makassar disini ada sekitar 500-an lebih. selain ramah sifat asli mereka juga keluar yaitu Pongoro’, biasalah baru datang di kampung orang.

Semalaman istirahat dan bercengkrama dengan teman teman dari makassar, kesokan paginya tepat pukul 8.00 WIB, setelah mengecek perlengkapan dan memenuhi kebutuhan yang kurang, kami dan teman teman lain dari makassar berangkat menuju desa terakhir, Desa Ranu Pani, kec. Senduro kab. Lumajang dengan menggunakan mobil Hartop karena medan yang berat.  Selama perjalanan menuju kesana kami di hibur pemandangan alam sekitar yang begitu asri, di tambah lagi pemandangan gunung Bromo yang begitu indah walaupun keliahatan dari jauh.
               
                 Setibanya di desa Ranu Pani, kami kembali mengecek perlengkapan kami, karena titik awal perjalanan ke Gn. Semeru adalah disini. Perjalanan yang pastinya seru dan menegangkan, di penuhi tantangan dan ketakutan, namun tetap dihiasi semangat yang berkobar. “Pokoknya haruski’ sampe puncak, jauh jauhki’ dari makassar ine rugi klo dakk sampai” dalam hati kami menggerutu.


                Sebelum berangkat, peserta dibagi menjadi beberapa kloter pemberangkatan, setiap kloter dibagi lagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok di dampingi oleh satu panitia. agar meminimalisir hal hal yg tidak dingikan terjadi nantinya. Kami berada di kloter 2, kelompok 2 dan semua peserta yang ada di kloter ini di isi oleh orang orang makassar, dasar orang makassar biar pisah tidak mau.
kami di beri pengarahan dulu oleh panitia sebelum melakukan pendakian, karena ini bukan perjalanan main main dan juga karena jumlah peserta yang hampir 3000 orang, kami harus dijaga ketat demi menjaga alam agar tidak rusak nantinya. Beberapa pengarahan telah diberitahukan beserta larangan larangannya, yah tujuan utamanya agar kawasan wisata ini tidak menjadi bulan bulanan tangan yang tidak bertanggung jawab. Kami sih setuju setuju saja dengan pengarahannya juga peraturan yang di berikan, akan tetapi saya paling benci peraturan yang paling terakhir diucapkan oleh panitia, “Di Larang Keras Mendaki ke Puncak Gunung Mahameru, dan Batas Pendakian Hanya di Perkenankan Sampai Kalimati saja”.

Deskripsi Perjalanan
            Jalur perjalanan menuju puncak mahameru ada tiga tahapan, yaitu:
TAHAP I : Ranu Pani – Lendengan Dowo – Watu Rejeng – Ranu Kumbolo
TAHAP II : Oro Oro Ombo – Cemoro Kandang – Jambangan – Kalimati
TAHAP III : Arcopodo – Cemoro Tunggal – Mahameru.
a.       Ranu Pani, 15 Nov 2012, pukul 10.30 Wib
Awal perjalanan kami, ketinggian ± 2100 mdpl, suhu -4° – 15° C,  terdapat danau, pos penjagaan dan gerbang kawasan wisata Bromo Tengger Semeru. desa terakhir yang dilalui, Mata pencaharian penduduk asli adalah bercocok tanam sayur mayur. Keadaan sekitar masih alami di tandai banyak pepohonan juga ladang sayur penduduk.

b.      Lendengan Dowo, 15 Nov 2012, pukul 11.20 Wib
ketinggian ± 2300 mdpl, suhu -4° – 15° C, Semacam daerah di jalur perjalanan, terdapat papan nama. Sebagian Jalan setapak di paving blok. Keadaan sekitar dihiasi tanaman semak belukar yang masih beraturan dan tidak mengganggu para pendaki.

c.       Pos 1, 15 Nov 2012, pukul 12.12 Wib
ketinggian ± 2300 mdpl, suhu -4° – 15° C, terdapat papan nama dan pos tempat peristirahatan. Medan relaitf landai dan Sebagian Jalan setapak di paving blok. Keadaan sekitar masih dihiasi tanaman semak belukar yang masih beraturan dan tidak mengganggu para pendaki.

d.      Pos 2, 15 Nov 2012, pukul 14.56 Wib
ketinggian ± 2300 mdpl, suhu -4° – 15° C, terdapat papan nama dan pos tempat peristirahatan. Medan masih landai dan Sebagian Jalan setapak di paving blok. Keadaan sekitar masih dihiasi tanaman semak belukar mulai tidak beraturan dan mulai mengganggu para pendaki.

e.      Pos 3, 15 Nov 2012, pukul 17.21 Wib
ketinggian ± 2300 mdpl, suhu -4° – 15° C, terdapat papan nama dan pos tempat peristirahatan yang sudah rubuh. Medan masih landai namun terdapat beberapa pendakian pendek dan jembatan penyebrangan . Keadaan sekitar masih dihiasi tanaman semak belukar mulai tidak beraturan dan mulai mengganggu para pendaki.

f.        Pos 4, 15 Nov 2012, pukul 18.29 Wib
ketinggian ± 2400 mdpl, suhu -4° – 15° C, terdapat papan nama dan pos tempat peristirahatan. Medan perjalanan naik dan turun. Tidak jauh dari pos ini sudah kelihatan danau ranu kumbolo yang menjadi tempat peristirahatan kedua para peserta.

g.       Ranu Kumbolo, 15 Nov 2012, pukul 18.29 Wib
ketinggian ± 2400 mdpl, suhu terendah -6° – -20° C, tempat perisitrahatan kami yang kedua. terdapat papan nama dan tempat peristirahatan berupa hamparan rumput yang luas. Disini kami di suguhi pemandangan danau Ranu Kumbolo. Danau yang bersih, Sunrise yang indah, juga padang ilalang yang hijau nan asri. Di danau ini para pendaki dilarang memancing, berenang, dan juga mencuci peralatan dengan bahan kimia. Itu dilakukan agara ekosistem pada daerah tersebut dapat dijaga keseimbangan juga kealamiannya.














          “Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja”

Disini kami mendirikan tenda untuk camp pertama, di iringi hujan yang turun cukup deras ditambah dingin yang merasuk keseluruh tubuh. beristirahat memulihkan tenaga karena esok hari harus melanjutkan perjalanan ke puncak. Kami juga bercengkrama dengan Pecinta Alam lain dari daerah berbeda asalnya. Ada dari surabaya, malang, jakarta, bandung, sumatera, juga sulawesi.
Pagi menjelang, sunrise diantara bukit memberi pemandangan yang indah menemani pagi kami. Masih terngiang kata kata panitia di telingaku, batas pendakian Cuma sampai di kalimati, hmm... alasan pendakian ini ditutup dikarenakan beberapa minggu yang lalu ada pecinta alam yang hilang saat kepuncak, dan saat ditemukan sudah meninggal. Kami pun bersama beberapa teman dari makassar berembuk untuk mendiskusikan apakah akan melanjutkan perjalanan ini atau tidak. Muncul beberapa alasan dari kami kenapa tidak boleh melanjutkan, diantaranya karena disana tidak terdapat sumber air juga apabila saat akan melakukan summit ke puncak harus tepat pada waktunya, karena Gunung Semeru termasuk gunung masih aktif dan memiliki asap beracun yang dapat menghilangkan nyawa pendaki. Soe Hoek Gie termasuk pendaki yang meninggal karena asap beracun ini.
Hasil setelah kami berembuk ada dua, pertama mencari aman bagi keselamatan kami dengan cara tetap tinggal di Ranu Kumbolo hingga kegiatan ini selesai, dan yang kedua apabila ingin melanjutkan perjalanan, harus melanjutkan hingga ke puncak bukan hanya sampai di kalimati. Dan keputusannya, semua teman teman mengambil sikap untuk tetap tinggal, dan tidak pergi membahayakan diri.
  Sesaat setelah team kami memutuskan untuk tinggal, saya pergi meninggalkan pembicaraan untuk mencari angin sambil terus bimbang memikirkan team yang tidak jadi berangkat menuju puncak. “apa tidak ada keputusan lain, kecuali tinggal ? hmm... terima saja deh, meskipun sudah jauh jauh kesini, semua pasti ada berkahnya. Walaupun sulit untuk kesini lagi, pasti ada waktu untuk kesini lagi”. Saya pun kembali ke kamp tempat teman teman berkumpul dan rela menerima keputusan teman teman.
“wei ..!” coker memanggil.
“kenapa... ?” saya menyahut.
“sampai kapan ko mau melamun ? packing barang barang kebutuhanmu, ini ada kak ibe’, tejo, yasser, sama aldi mau jalan sampe puncak. Tapi kalo takutko ikut, bantu mka paeng packing barang barang kebutuhan ku, habis jum’atan maumi anak anak berangkat.....”.
“badanmu yang kecil begitu saya biarkan berangkat sendiri ? kau tidak bisa jalan sendiri, harus ada saya temani. Tunggu saya packing barang barangku.....”.

Singkat cerita, kami berlima dari team makassar memutuskan berangkat menuju puncak. Dengan perlengkapan yang ada kami bersiap berangkat menuju tantangan yang kami tidak pernah tau seberapa beratnya, dibakar semangat yang tidak padam, mempertaruhkan nyawa, mengingat keadaan orangtua kami yang menunggu dirumah, dan yang paling penting dalam hati kami terus berdo’a, agar selamat hingga tujuan. Sebelum pergi, kami Shalat Jum’at dulu bersama teman teman Muslim yang lain. Yahh... sederhanalah tempat kami shalat, hanya beralaskan terpal dan matras, namun niatnya yang harus luar biasa.
Pada pukul 12.48 Wib tanggal 16 November 2012, setelah Shalat jum’at kami berangkat. Dari Ranu Kumbolo kami melanjutkan perjalanan ke Kalimati, sebelum kalimati kami harus melewati jalur Tahap II yaitu :
Ranu Kumbolo - Oro Oro Ombo – Cemoro kandang -  Jambangan – Kalimati

h.      Cemoro Kandang, 16 Nov 2012, pukul 14.50 Wib
ketinggian ± 2500 mdpl, suhu terendah -6° – -20° C, perjalanan ketempat ini cukup menguras tenaga, karna harus melewati medan yang sangat menanjak dan penurunan yang cukup curam. Disini kami melewati “tanjakan cinta” dan padang savana Oro Oro Ombo. tanjakan cinta memiliki mitos tersendiri bagi para pendaki, katanya bagi pendaki yang melewati tanjakan cinta sambil memikirkan pasangannya, dan mata yang menatap terus kedepan tanpa pernah melihat kebelakang, niscaya akan langgeng dengan pasangannya. penasaran ? silahkan coba sendiri.


i.        Kalimati, 16 Nov 2012, pukul 17.46 Wib
ketinggian ± 2700 mdpl, suhu terendah -6° – -25° C, perjalanan ketempat ini sangat menguras tenaga, karena masuk kehutan yang mendaki dan menurun, banyak pohon pohon tumbang yang mengganggu perjalanan, ditambah lagi suhu yang sangat rendah dan turun hujan yang cukup deras menambah kesulitan medan yang harus ditempuh. Di Kalimati kami beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga sebelum melakukan summit ke puncak Mahameru. Di daerah ini terdapat haparan tanah lapang yang cukup luas juga pos peristirahatan berupa pondok rumah kayu.
         Setelah mendirikan tenda, kami segera menyiapkan makanan lalu segera istrahat memulihkan tenaga karena sekitaran pukul 00.00 Wib kami akan segera berangkat. Perjalanan memerlukan waktu kira kira 9 jam ( 3 jam ke batas vegetasi + tanjakan berpasir 4-6 jam) dan kami harus tiba di puncak sebelum pukul 8.00 Wib esok hari, ini dikarenakan asap beracun dari puncak Mahameru yaitu Wedus Gembel akan menyembur sekitaran pukul 9.00 Wib, jadi diperlukan ketepatan waktu pada perjalanan ini agar kami dapat mengantisipasi bahaya yang terjadi.

Pukul 12 malam lewat kami pun terbangun, mempersiapkan peralatan yang akan kami bawa ke puncak tidak lupa membawa bendera korps Skala yang akan kami kibarkan di atas puncak. Setelah persiapan selesai kami berembuk dan berdo’a sebelum melakukan perjalanan, agar Allah SWT melindungi setiap langkah dalam perjalanan kami. Dalam perjalanan, kami sempat dicegat oleh panitia yang melarang kami untuk berangkat namun kami tetap bersikeras untuk berangkat.  kami diminta mengumpulkan kartu tanda pengenal beserta hasil cek kesehatan untuk registrasi peserta yang melakukan perjalanan hingga puncak, setelah itu panitia meloloskan kami melakukan perjalanan menuju puncak. Sebelum berangkat panitia menitip pesan kepada kami, “hati hati yah mas saat perjalanan, saling menjaga satu sama lain dan jaga kekompakan. karena apabila terjadi sesuatu hal, itu bukan tanggung jawab kami selaku panitia.”-____-



Pada pukul 00.20 Wib tanggal 17 November 2012, memulai perjalanan dari kalimati. Perjalanan terberat dimulai disini, suasana malam yang mencekam ditambah dinginnya kalimati mengiringi perjalanan kami. untuk menuju puncak mahameru dilalui dengan jalur Tahap III, yaitu :
Kalimati – Arcopodo - Cemoro tunggal -  Puncak Mahameru

j.        Arcopodo, 17 Nov 2012, pukul 02.16 Wib
ketinggian ± 2900 mdpl, suhu terendah -6° – -25° C, perjalanan ketempat ini sangat menguras tenaga, karena masuk kehutan yang mendaki dengan kemiringan ± 40°. suhu makin mencekam, penutup kepala, masker, sarung tangan, baju dan jaket berlapis lapis sudah terpakai, namun dinginnya masih merasuk tubuh. Disini terdapat area peristirahatan dan juga tempat memasang tenda. Perjalanan kami terasa agak lambat, karena banyaknya peserta lain yang juga melakukan perjalanan kepuncak, sekitaran 500 orang lebih.
 
k.       Cemoro tunggal, 17 Nov 2012, pukul 03.12 Wib
ketinggian ± 3000 mdpl, suhu terendah -6° – -25° C, batas Vegetasi antara hutan ke pasir bebatuan. dari sini perjalanan menuju puncak yang paling menguras tenaga, ini dikarenakan medan yang berpasir yang memiliki kemiringan ± 40°-60°. Setiap kali melangkah terasa sangat sulit, setiap 3 kali melangkah turun selangkah. Kadang kami beristirahat sejenak karena kelelahan. Disini para pendaki dilarang manginjak batu saat pendakiaan, karena bisa membahayakan pendaki lain yang ada dibawah.




ditengah perjalanan, terjadi kecelakaan yang membuat setengah dari total pendaki batal melakukan perjalanan hingga puncak. Pada saat itu ada seorang pendaki yang tidak sengaja menginjak batu besar, batu tersebut jatuh mengenai pendaki yang ada dibawahnya hingga pendaki itupun ikut terjatuh berguling guling. Untunglah ada pendaki lain yang menolongnya sehingga tidak terjatuh terlalu jauh. Walaupun begitu lukanya parah, kepalanya yang terkena benturan  terluka, dan banyak lecet di badannya. Pada waktu itu banyak pendaki yang turun dan membatalkan perjalanannya karena takut apabila terjadi lagi selanjutnya. Jujur sayapun was was setelah kejadian itu,  perjalanan yang masih jauh sempat membuat saya ragu untuk melanjutkan perjalanan.
“Lanjutkan saja, takdir ditangan Tuhan, apapun yang akan terjadi selanjutnya Tuhan yang mengatur, saya hanya berusaha untuk mendapatkan yang saya inginkan...”
  
l.        Puncak Mahameru, 17 Nov 2012, pukul 07.41 Wib
ketinggian ± 3676 mdpl, suhu terendah -6° – -25° C, Puncak Para Dewa. daerah yang cukup luas, terdapat bendera yang berkibar sebagai tanda puncak Mahameru. Keadaan vegetasi, hanya pasir dan bebatuan, terdapat kawah yang besar dan dalam tempat menyembur gas beracun wedus gembel. dari puncak terlihat pemandangan yang sangat indah tiada duanya. Disini terdapat pula tugu Soe Hoek Gie.
Setelah melakukan perjalanan yang sangat melelahkan, akhirnya kami tiba di puncak dengan selamat. Puji syukur tak henti hentinya kami ucapkan kepada yang maha kuasa, perjalanan penuh tantangan, ketakutan, kobaran semangat, Do’a, dan jiwa yang pantang menyerah. Beberapa kali kami berteriak histeris, bukan karena ada artis atau apa, tapi karena hanya dengan cara itu kami dapat meluapkan perasaan kami karena telah menginjakkan kaki di Puncak Tertinggi Pulau Jawa, Puncak Para Dewa. Di puncak kami berfoto dan menikmati pemandangan alam yang indah, gunung Arjuno dan Bromo nampak indah dari jauh dihiasi Samudra awan yang tak henti hentinya kami memandangnya.
“dari tiga ribu orang lebih yang ikut serta pada kegiatan ini, sekitar lima ratus orang yang berangkat kepuncak, akan tetapi hanya seratus orang lebih yang sampai hingga puncak, dan diantara seratus orang tersebut ada kami berdua....”

 





























 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow The Author