Menjaga
Kesucian Pasca-Ramadhan
“Betapa Banyak
orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh
apapun dari
puasanya kecuali Lapar dan Dahaga”.
-Hadist Nabi Saw
Sudah kita tinggalkan bulan
Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin, cucu Rasulullah Saw.,
selalu meninggalkan bulan Ramadhan dengan penuh kesedihan. Dengan air mata yang
tidak henti hentinya membasahi wajah yang mulia, beliau mengucapkan salam
perpisahan pada bulan Ramadhan. Ia berpisah dengan bulan yang telah
menyertainya dalam mengabdi kepada Allah. Bulan yang didalamnya orang orang
saleh membersihkan hati dengan air mata Tobat dan Penyesalan.
Seperti Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin,
marilah kita ucapkan salam perpisahan kepada Ramadhan:
Wahai
bulan Allah yang Agung, assalamu alaika, wahai waktu waktu yang menyertai kami
dengan penuh kemuliaan.
Wahai
bulan dengan jam jam dan hari hari kebaikan. Assalamualaika, wahai bulan yang
ketika harapan didekatkan dan amal dihamparkan.
Salam
bagimu wahai Ramadhan, sahabat yang datang membawa kebahagiaan dan pergi
membawa kepedihan.
Salam
bagimu wahai kawan, yang membuat hati menjadi lembut dan dosa berguguran.
Salam
bagimu wahai bulan penolong yang membantu kami melawan setan dan memudahkan
kami menapak jalan kebaikan.
Salam bagimu wahai Ramadhan, betapa panjangnya
engkau bagi para pendurhaka. Betapa mulianya engkau bagi hati orang orang yang
percaya.
Salam bagimu wahai Ramadhan, engkau datang
kepada kami membawa keberkahan dan membersihkan kami dari kesalahan.
Salam
bagimu wahai Ramadhan, wahai yang dirindukan sebelum kedatangannya dan
disedihkan sebelum kepergiannya.
Salam bagimu wahai Ramadhan. Karenamu betapa
banyaknya kejelekan telah dipalingkan dari kami. Karenamu betapa banyaknya
kebaikan telah dilimpahkan kepada kami.
Kita sudah meninggalkan bulan
Ramadhan. Bulan penyucian ruhani. Mulai hari ini kita semua memikul beban berat
untuk mempertahankan kesucian ini. Selama sebulan, Tuhan menyaksikan anda
bangun di waktu dini hari dan mendengarkan suara istighfar anda. Alangkah malangnya
bila setelah hari ini Tuhan melihat anda tidur lelap bahkan melewati waktu
subuh seperti bangkai tak bergerak. Selama sebulan bibir anda bergetar dengan
do’a, zikir, dan kalimat suci Al-Qur’an. Celakalah anda bila anda gunaan bibir
yang sama untuk menggunjing, memfitnah, dan mencaci maki kaum mukmin.
Selama sebulan anda melaparkan perut
dari makanan dan minuman yang halal di siang hari. Relakah anda sekarang
memenuhi perut anda dengan makanan dan minuman yang haram. Setelah hari ini,
Anda akan diuji apakah anda termasuk orang yang terus mensucikan diri,
berzikir, dan shalat atau tetap mencintai dan mendahulukan dunia.
Nabi Muhammad Saw. Mengatakan ada
dua orang yang melakukan puasa: yang mendapatkan ampunan Tuhan dan yang
mendapatan lapar dan dahaga saja. Nabi juga bersabda, “Alangkah sedikitnya orang yang shaum dan alangkah banyaknya orang yang
hanya lapar saja.” Apakah kita termasuk orang yang shaum ? yang kata
Rasulullah Saw. Hanya sedikit saja ataukah kita termasuk yang melaparkan perut
saja?.
Jawabannya dibuktikan dengan
perilaku kita sesudah hari ini. Bila kita sangat hati hati menjaga anggota
badan kita dari kemaksiatan, bila kita tetap ruku’ dan sujud di ujung malam,
ketika banyak orang yang tertidur pulas, bila kita sangat peka melihat penderitaan
kaum fuqara’ dan masakin, insya Allah kita termasuk orang yang shaum. Bila hati kita masih dipenuhi kedengkian kepada sesama kaum
mukmin, bila bibir kita masih mengumbar kata cacian dan makian, bila perut kita
masih dipadati yang haram dan yang subhat, bila tangan tangan kita masih juga
bergelimang kezaliman dan perampokan, kita hanyalah al-jawwa’, orang yang melaparkan diri saja, tidak lebih dari pada
itu. Al-Qur’an menyebut kita al-asyqa,
orang orang yang celaka.
Semoga Allah menjadikan kita di
antara orang-orang yang takut pada peringatan-Nya, yang selalu memelihara
kesucian diri dan mengharap akhirat yang lebih baik dan lebih kekal. Marilah kita
menguatkan tekad untuk melestarikan hasil hasil Ramadhan yang baru lalu. Tetapkanlah
niat kita bahwa kita ingin terus menuju kesempurnaan dengan mengikuti ketentuan
dan petunjuk Allah Swt.
-dikutip dari buku Madrasah Ruhaniah,
Jalaluddin Rakhmat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar