Selain
karena kedalaman dan pembelajaran makna yang dapat diserap, buku buku nonfiksi
yang telah saya baca adalah hasil koleksi dari kedua orang tua saya, jadi mau
tidak mau saya memiliki kebiasaan yang sama dengan orang tua saya ; belajar
lewat buku.
Karangan
dari Jalaluddin Rakhmat atau kang Jalal adalah buku yang paling sering saya
jumpai ketika kembali menengok ke lemari
buku tempat koleksi Ortu saya berada. Mulai dari membahas tentang Agama,
Pendidikan, hingga sosial politik. Rekayasa Sosial adalah salah satu dari
sekian banyak bukunya yang membahas tentang sosial politik.
“Letakkan masalah
sosial sebagai masalah sosial dan pecahkan secara sosial, tidak mungkin kita
mengebirinya menjadi masalah individu”
Kata
kata diatas adalah salah satu kutipan dari Rekayasa Sosial, Buku yang pertama
dicetak pada pertengahan tahun 1999 ini mengulas tentang perubahan Era Orde
Baru ke Reformasi pada waktu itu. Polemik yang terjadi dimasyarakat Indonesia, dimana
bangsa Indonesia pada saat itu mendambakan perubahan kearah yang lebih baik,
namun perubahan sosial yang diharapkan
mustahil dapat terjadi apabila kesalahan pikir masih menjebak. Didalamnya juga
menjelaskan tentang perbedaan yang cermat dan tajam antara reformasi dan
Revolusi, beliaupun memberikan korelasi serta wacana menarik yang diangkat
dalam buku ini demi terciptanya Indonesia baru yang lebih baik.
Buku
ini baik sebagai pegangan Mahasiswa masa kini, karna set up dalam buku ini
berisi dasar dasar yang bisa membentuk pola pikir Dinamis Mahasiswa dan jauh
dari hal hal yang bersifat kolot yang cocok untuk masa sekarang, walaupun buku
ini umurnya sudah 14 tahun lebih namun sifatnya sangat universal. Seperti dilembaran
awal pada buku ini yang menjelaskan 7 macam kesalahan berfikir dan hingga
sekarang masih abadi di pelajari oleh mahasiswa diseluruh pelosok nusantara.
Klimaks
pada buku ini adalah bagaimana beliau menanamkan proses pembentukan pola pikir
yang baik secara dinamis dengan menunjukkan contoh contoh kasus terhadap
pembahasan yang terkait, seperti pada pembahasan Makna Rekayasa Sosial yang
membeberkan contoh pejabat yang melakukan penggelapan terhadap Raskin, Pembahasan
Proses Perubahan Sosial memberikan hasil penelitian yang telah dilakukan di
salah satu daerah di Bandung yang masyarakatnya melakukan kegiatan prostitusi
di tempat ibadah di kampung mereka, Pembahasan
tentang Homo Orbaicus yang menjelaskan peristiwa tentara RI yang
bersandiwara pada riuh Gerakan Aceh Merdeka di kejadian beberapa waktu lalu.
Cara
berbahasanya yang berbelok belok dan banyak dihiasi dengan kata kata yang
retoris namun tidak membuat pembaca bingung dengan makna dari kata tersebut. Inilah
kelebihan setiap tulisan tulisan dari beliau, dipetakan dengan baik dan menggunakan
tata bahasa yang tidak terlalu rumit dimengerti, walaupun isinya memang begitu
rumit. saking bagusnya buku ini, saya biasa mengangguk angguk, menggeleng geleng,
hingga tertawa sendiri sambil membaca buku ini. Membuat saya selalu penasaran
sehingga melahap di semua sudut disetiap lembaran buku ini. Buku ini bisa kita
jadikan rujukan yang akurat dalam hal pendalaman ilmu sosial khusunya bagi
Mahasiswa yang tugasnya tidak jauh jauh dari masyarakat umum.
Bila
akhirnya para Mahasiswa atau Pemuda Indonesia bisa memaknai dan merealitaskan apa
yang dibahasakan pada buku ini, para
Mahasiswapun dapat memaknai pergerakan yang telah dilakukan selama ini dan
kembali merealitaskan dalam bentuk aksi nyata kepada masyarakat. Karena pada
hakikatnya pemuda punya potensi yang cukup besar untuk melakukan suatu gerakan
perubahan, terlebih pada aksi perubahan sosial masyarakat. Dan secara rapih
Kang Jalal telah memaparkan tujuan, makna, dan strategi strategi gerakan
perubahan sosial dalam suguhan buku ini. Buku ini membuat kita merasa rindu
untuk melakukan perubahan, di mulai dari merubah pola pikir kita sendiri lalu
direalitaskan dalam kehidupan bermasyarakat.
Jujur
saja saya banyak belajar dari buku ini dan buku buku beliau yang lainnya,
pernah dalam satu buku yang pernah saya baca ada pernyataan “Bagi saya Kang Jalal adalah Guru, Guru yang
tidak pernah bertatap muka langsung dengannya.” Dan saya sangat setuju oleh
peryataan tersebut.
Ayam Ketawa
Makassar,
11 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar